Friday 15 August 2014

ACARA RASULAN DI DESA GIRING, KECAMATAN PALIYAN, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, JOGJAKARTA

Pernahkah mendengar kata “ Rasulan “ ? Atau adakah yang sudah mendengar tapi belum tahu artinya? Begitupun saya sewaktu pertama kali mendengar kata itu. Setelah mendengar kata itu, didalam pikiran saya pasti artinya  semacam pelayan dalam gereja. Ketika mendengar bahwa kata “Rasulan” artinya bersih desa atau dusun, dalam pikiran saya pasti acara pembersihan lingkungan desa atau sekitar badan jalan di sekitar desa tersebut. Ternyata salah lagi. Maksud dari semua itu adalah acara adat tahunan masyarakat Jawa. Mungkin ini adalah pengalaman yang seru dan membuat pembaca sedikit mengeluarkan tenaga untuk sejenak tertawa. Adakah dari kalian yang mempunyai pengalaman seperti saya?
Hari itu adalah hari rabu, tanggal 30 Juli 2014. Di desa Giring, kecamatan Paliyan,Kabupaten Gunung Kidul, Jogjakarta mengadakan acara adat tahunan rasulan atau  bersih desa yang tentunya bekerja sama dengan kebudayaan Daerah Istimewah Jogjakarta (DIY). Dalam acara itu, seluruh warga ikut berpartisipasi mengikuti arak – arakan di jalan. Bukan hanya tari – tarian sebagai pengisi acara juga ada solawatan, campur sari dan katanya akan ditutup acara pesta rakyat itu dengan pertunjukkan wayang kulit pada malam harinya.
Tari – tarian yang memeriahkan acara itu bermacam – macam. Ada tari reog dari berbagai versi dan tari cadel. Mulai dari anak – anak sampai orang tua yang merupakan pemain musik tradisional dan juga penari. Mulai dari tarian yang anggun maupun tarian seram karena ada tarian yang berbusana seperti raksasa.
Hari raya Idul fitri atau Lebaran baru saja usai dan itu tidak menghalangi antusiasme warga untuk datang menonton acara pesta rakyat karena acara itu adalah acara yang ditunggu – tunggu setiap tahunnya. Semuanya gratis untuk menonton tanpa terkecuali. Mungkin itu merupakan rasa syukur mereka kepada Sang Pencipta setelah dijaga dan dilindungi  tanpa kurang sedikitpun.

Saya sangat senang dan bangga bisa menonton acara itu walaupun saya tidak mengerti bahasa Jawa Kromo. Ada yang dapat saya dapatkan pengalaman itu, yaitu : kebersamaan, kegembiraan, rasa syukur kepada Sang Pencipta. Dari semua itu, saya jadi teringat salah satu ajaran Tamansiswa, yaitu Kodrat Alam, “ Siapapun yang menjaga buminya, maka bumi akan menjaganya.


Gambar 1. Salah satu performance drumband dari SD


















                                                                                                                                                            Gambar 2. Antusiasme Warga                           

No comments:

Post a Comment