Pernahkah
mendengar kata “ Rasulan “ ? Atau adakah yang sudah mendengar tapi belum tahu
artinya? Begitupun saya sewaktu pertama kali mendengar kata itu. Setelah
mendengar kata itu, didalam pikiran saya pasti artinya semacam pelayan dalam gereja. Ketika mendengar
bahwa kata “Rasulan” artinya bersih desa atau dusun, dalam pikiran saya pasti
acara pembersihan lingkungan desa atau sekitar badan jalan di sekitar desa
tersebut. Ternyata salah lagi. Maksud dari semua itu adalah acara adat tahunan
masyarakat Jawa. Mungkin ini adalah pengalaman yang seru dan membuat pembaca
sedikit mengeluarkan tenaga untuk sejenak tertawa. Adakah dari kalian yang
mempunyai pengalaman seperti saya?
Hari itu adalah hari
rabu, tanggal 30 Juli 2014. Di desa Giring, kecamatan Paliyan,Kabupaten Gunung
Kidul, Jogjakarta mengadakan acara adat tahunan rasulan atau bersih desa yang tentunya bekerja sama dengan
kebudayaan Daerah Istimewah Jogjakarta (DIY). Dalam acara itu, seluruh warga
ikut berpartisipasi mengikuti arak – arakan di jalan. Bukan hanya tari – tarian
sebagai pengisi acara juga ada solawatan, campur sari dan katanya akan ditutup
acara pesta rakyat itu dengan pertunjukkan wayang kulit pada malam harinya.
Tari – tarian yang
memeriahkan acara itu bermacam – macam. Ada tari reog dari berbagai versi dan
tari cadel. Mulai dari anak – anak sampai orang tua yang merupakan pemain musik
tradisional dan juga penari. Mulai dari tarian yang anggun maupun tarian seram
karena ada tarian yang berbusana seperti raksasa.
Hari raya Idul fitri
atau Lebaran baru saja usai dan itu tidak menghalangi antusiasme warga untuk
datang menonton acara pesta rakyat karena acara itu adalah acara yang ditunggu
– tunggu setiap tahunnya. Semuanya gratis untuk menonton tanpa terkecuali.
Mungkin itu merupakan rasa syukur mereka kepada Sang Pencipta setelah dijaga
dan dilindungi tanpa kurang sedikitpun.
Saya sangat senang dan
bangga bisa menonton acara itu walaupun saya tidak mengerti bahasa Jawa Kromo. Ada
yang dapat saya dapatkan pengalaman itu, yaitu : kebersamaan, kegembiraan, rasa
syukur kepada Sang Pencipta. Dari semua itu, saya jadi teringat salah satu
ajaran Tamansiswa, yaitu Kodrat Alam, “ Siapapun yang menjaga buminya, maka
bumi akan menjaganya.
Gambar 1. Salah satu performance drumband dari SD
Gambar 2. Antusiasme Warga
No comments:
Post a Comment