Pada
pelatihan kemarin tanggal 22 – 24 Agustus 2014, Stube – HEMAT mengusung tema “
Saaatnya Yang Muda Berkarya” dengan judul pada semester ini adalah “Social
Entrepreneurship”. Tema ini sepertinya tidak asing lagi ditelinga saya karena
tahun lalu waktu saya mengikuti LDKM kampus menggunakan tema yang hampir sama,
yaitu : “Saatnya Yang Muda Memimpin”. Melihat dari tema dan judul tentunya
berbicara tentang berbisinis. Berbisnis itu bukan hanya sekadar menjual atau
membeli barang atau apapun yang bisa menghasilkan uang, tetapi juga
memperhatikan berbagai hal seperti cara berbisnis, skill,kreatif dan bagaimana
kita bersosialisasi dengan orang lain.
Pandangan
orang – orang di desaku banyak yang menganggap bahwa bisnis itu kotor. Sama
halnya dengan berpolitik. Tapi, menurut Anies Baswedan salah satu tim sukses
Jokowi – Jk dalam pilpres kali lalu mengatakan bahwa politik itu tidak kotor,
tregantung sektornya. Saya merasa bahwa ada benarnya juga karena yang banyak
melakukan bisnis besar adalah mereka para elit tanpa melihat rakyat kecil
semakin tertindas. Mereka bisa saja melakukan hal yang menurut masyarakat kecil
tidak bisa dilakukan. Wajar saja, toh mereka mempunyai segalanya. “Semua butuh
uang tapi uang bukanlah segalanya. Begitulah yang dikatakan Pak Endro Gunawan
pada pelatihan kali lalu di wisma Marta.Memang benar adanya. Siapapun dia pasti
butuh yang namanya Si Raja Dunia.
Berbisnis
itu sudah dikeanl pada zaman Yesus belum ada. Zaman Nabi Elisa (2 Raja – Raja 4
: 1 – 7). Bercerita tentang bagaimana dia mengeluarkan seorang janda dari
segala hutang – hutangnya. Masalah janda itu teratasi setelah solusi yang
ditawarkan oleh Nabi Elisa diindahkan. Disini kita melihat iman bagaimana janda
itu yakin dan percaya bahwa apa yang dilakukan Nabi Elisa membawa hasil.
Motivasi yang dashyat dari Nabi Elisa memampukan mereka bekarja sama. Janda itu
ingin belajar dan mau bekerja. Dalam Kitab suci Mat 25 : 14 – 30 ; Luk 19 : 12
– 27,bagaimana Yesus menceritakan perumpamaan tentang tiga hamba yang diberi
talenta oleh rajanya. Hamba I dan II mengembangkan talenta yang diberikan
tuannya 2 x lipat. Sedangkan hamba III mengubur talentanya itu dan tidak
menghasilkan apa – apa. Hamba III menggambarkan orang yang malas. Dalam 2
Tesalonika 3 : 10 mengatakan : “ Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia
makan”. Disini rasul Paulus menegur orang – orang yang malas. Bisnis itu bisa
dilakukan oleh semua orang, tergantung ada niat ingin bekerja. Menurut Martin
Luther bahwa berbisnis atau menjadi pengusaha itu sebagai salah satu panggilan
Tuhan, tentunya dengan cara yang halal. Kreatifitas juga diperlukan dalam
berbisnis. Kita harus mampu mengembangkan ide – ide kreatif juga jeli melihat
realita dan peluang yang ada.
Dalam
Markus 6 : 35 – 44, tentang Bagaimana Yesus member makan lima ribu orang .
Disini ada situasi yang mendesak dimana orang – orang itu kelaparan. Judul
diatas bahwa Berbisnis : Hobi atau Kebutuhan? Melihat realita kehidupan saya
sekarang ini, jika saya berbisnis memang murni karena kebutuhan bukan hobi.
Peran teman – teman / sesama sangat penting. Seperti uangkapan “ Saya tidak
bisa hidup tanpa orang lain”. Disini kita saling menopang satu sama lain bukan
sebaliknya. Dengan begitu kita lebih produktif dan termotivasi dalam berkarya.
Inilah
yang menjadi refleksi saya. Pada suatu saat, saya akan bangun Sumba khususnya
Lainjanji, yaitu desa saya. Saya ingin berbisnis selain tuntutan orang tua,
yaitu mengajar. Ini bukan hobi tapi kebutuhan. Dari pada wira – wiri lebih baik
wiraswasta seperti kata Pak Nyoman dari Bali kali lalu.
No comments:
Post a Comment