Setiap daerah di
Indonesia mempunyai tata caranya masing – masing untuk menyambut atau menghormati
tamu yang datang bertamu di rumahnya. Ada yang menghormati tamunya dengan
menyuguhkan teh, kopi, atau air putih dengan penganan yang ringan. Berbeda dengan
masyarakat Sumba pada umumnya. Jangan heran jika suguhan pertama berbentuk buah
– buahan aneh dan bubuk putih seperti bedak bayi. Itu adalah Pahappa. Sebagai salah
satu warga Sumba, saya ingin mengupas lebih dalam tentang budaya “Pahappa”.
1.
Pahappa
Apa itu “Pahappa”? Pahappa
berasal dari bahasa daerah Sumba Timur, terdiri dari dua kata, yaitu: “Pa” yang
berarti “Yang” dan “Happa” yang berarti “Kunyah”. Jadi, Pahappa berarti Yang
Dikunyah. Pahappa itu sendiri terdiri dari buah pinang, buah atau sirih dan kapur
yang merupakan sajian khas orang Sumba untuk para tamunya. Budaya mengunyah
sirih – pinang memang sangat melekat pada masyarakat Sumba terkhusus di Kabupaten
Sumba Timur karena merupakan warisan leluhur dari zaman dahulu dan membudaya sampai
sekarang. Tradisi ini berbeda jika dilihat di daerah lain, yang mengunyah adalah
ibu – ibu yang sudah tua dengan istilah “Minang”. Tetapi di Sumba Timur
khususnya, dari usia kanak – kanak sampai lansia merupakan hal yang wajar dan
lumrah jika mengunyah pahappa. Itu disebabkan karena disetiap rumah atau disetiap
upacara adat selalu disuguhkan.
“Pangalang kaddi na ai”
“Ndau laku lii a pahappa”?
“Malla wa nyunna”.
Tiga kalimat di atas adalah
contoh percakapan kecil antara kenalan atau keluarga yang menyapa karena tidak
sempat singgah untuk sekadar happa dengan tuan rumah yang mempersilahkan orang
itu untuk melanjutkan perjalanannya jika tidak sempat lagi untuk singgah ke rumahnya.
Pahappa memiliki beberapa
lambang yang sangat penting dalam menunjang adat istiadat Sumba Timur:
a. Sebagai
Lambang Kesopanan
Sopan
santun merupakan norma yang sangat penting dikalangan masyarakat Sumba pada
umumnya. Tidak heran jika nenek moyang dulu mengutamakan norma sopan santun sebagai
makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dengan menjaga tali silaturahim.
Wujud rasa hormat itu dengan menyuguhkan pahappa. Rumah tanpa pahappa dalam masyarakat
Sumba diibaratkan seperti seorang yang pergi bernaung di sebuah pohon besar. Tidak
ada gunanya jika rumah mewah sekalipun tanpa “Mbola Pahappa (wadah tempat sirih
- pinang)”. Ada ataupun tidak ada isinya yang penting disuguhkan sebagai tanda
kesopansantunan.
b. Sebagai
Lambang Kebersamaan
“Halulu kutta peku, haranggu winnu koka”. Halulu kutta peku berarti sebatang
sirih yang bernas atau pantas dan Haranggu winnu koka berarti setangkai pinang
yang lebat. Jadi, artinya menandakan kebersamaan di dalam satu kesatuan.
“Kutta angu lulungu, Winnu angu helungu”. Artinya pertemanan kita seperti
setangkai sirih yang wajar atau layak, kita laksana pinang yang sama-sama
mekar. Maksudnya adalah sebagai masyarakat Sumba bersama - sama hidup dan
saling menghidupi dan saling tolong menolong tanpa menyakiti satu sama lain.
c. Sebagai Adat Istiadat Masyarakat
Sumba Timur
Dalam setiap upacara adat masyarakat
Sumba Timur baik perkawinan adat, upacara kematian, musim tanam ataupun musim
tuai, selalu bertemu dengan “Camilan Three in One” ini. Telah saya katakan bahwa
itu sudah merupakan budaya yang tak akan pernah hilang sampai kapanpun.
d. Sebagai Wujud Rasa Terima Kasih
Rasa terima kasih tidak cukup hanya
dengan kata – kata ataupun bualan semata. Seperti ada yang kurang jika kata – kata
itu tidak disertai pahappa. Candaan sepertinya kehilangan teman setianya.
Begitulah yang saya rasakan jika bertamu tapi tidak ada pahappa. Berterima kasih
kepada Tuhan pun tetap mempersembahkan pahappa selain kurban dan hasil bumi yang
lain. Itulah yang saya lihat jika tetua adat dalam aliran kepercayaan asli Sumba
yaitu Marapu mengadakan ritual. Biasanya di bawah pohon besar atau batu besar.
2.
Wi
– Ku – Ka
Ada
yang pernah mendengar singkatan di atas? Sebenarnya itu adalah singkatan yang saya
buat sendiri, yaitu: Winnu(pinang), Kutta(sirih), Kapu(kapur). Ketiga elemen
inilah yang membentuk sebuah kata Pahappa. Pahappa tidak memberikan rasa lapar
jadi kenyang, rasa haus jadi lepas dahaganya, tetapi memberikan rasa puas jika
mulut kita benar – benar berwarna merah berarti kita cukup mahir untuk happa.
Beberapa orang yang pertama kali mengunyah pahappa tidak lekas merah karena bila
rasa sepat di mulut itu menandakan kelebihan pinang, bila rasa pedas menandakan
kelebihan sirih dan bila mulut terasa panas menandakan kelebihan kapur sirihnya.
Jadi, dalam mencampur itu kedalam mulut harus benar – benar seimbang. Aktifitas
mengunyah pahappa berarti bukan memakan. Jelas berbeda. Memakan berarti sesuatu
yang masuk ke mulut akan ditelan. Kalau mengunyah itu tidak ditelan bahkan air
liurpun dibuang. Jika tertelan maka akan mengalami rasa pusing dan mual karena
beberapa zat di pahappa.
Sebelum anda mencoba untuk belajar
mengunyah pahappa, ada baiknya anda harus tahu apa itu pinang, sirih dan kapur.
a) Winnu (Pinang)
Pinang
dengan nama ilmiah Areca Catechu adalah
sejenis palma yang tumbuh daerah pasifik seperti Asia dan Afrika bagian timur.
Banyak diperjualbelikan di daerah bagian timur Indonesia. Buahnya berasa sepat
di mulut ini mengandung alkaloida seperti misalnya arekaina(arecaine) dan arekolina(arecoline)
yang sedikit banyak bersifat adiktif dapat merangsang kerja otak.
Sementara
itu, ada beberapa biji pinang yang akan menimbulkan rasa mual dan pening apabila
dikunyah. Itu dikarenakan adanya zat – zat selain di atas masih ada lagi
seperti arecaidine, arecolidine,
guracine(guacine), guvacoline dan beberapa unsur lainnya.
Khasiat
buah pinang secara tradisional digunakan sebagai obat ramuan untuk mengobati sakit
disentri, diare berdarah dan kudisan. Obat di apotek, Simplisida berbahan baku
buah pinang dapat mengobati cacingan terutama untuk mengatasi cacing pita.
Bijinya dimanfaatkan sebagai penghasil zat pewarna merah. Makanya tidak heran
jika happa, mulut menjadi warna merah.
b) Kutta(Sirih)
Sirih
merupakan tanaman asli Indonesia yang merambat atau bersandar pada batang
pohon. Tanaman ini dapat dikatakan sebagai tanaman setengah benalu karena akar
rambatnya melekat pada pohon rambatannya. Buahnya berasa pedas di mulut. Tanaman
ini merambat dapat mencapai tinggi 15 meter bahkan lebih. Buahnya berbentuk
silinder dan panjang. Berwarna hijau segar. Daunnya tunggal berbentuk jantung,
berujung runcing, tumbuh selang – seling, bertangkai dan mengeluarkan bau yang
sedap bila di ramas.
Daunnya
mengandung anti septik pencegah gigi berlubang. Minyak atsiri dari daun sirih
mengandung minyak betlephenol,
seskuiterpen, pati, diatase, gula, zat samak dan kavikol yang memiliki daya
mematikan kuman, antioksidasi, fungisida
dan anti jamur. Berkhasiat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri.
c) Kapu(Kapur)
Pernahkah
mendengar kapur sirih terbuat dari apa? Atau adakah yang berpikir bahwa kapur
terbuat dari batu kapur, atau kapur alam, ataupun dari tanah putih? Semuanya
itu adalah jawaban yang salah. Lantas terbuat dari apakah kapur sirih itu?
Kapur
sirih terbuat dari terumbu karang. Unik bukan? Terumbu karang adalah sekumpulan
hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae juga termasuk dalam jenis filum cnidaria kelas anthozoa yang memiliki tentakel. Apakah
terumbu karang digiling atau ditumbuk? Jawabannya adalah tidak. Jadi, dari
terumbu karang sampai menjadi kapur sirih itu mempunyai proses yang cukup panjang.
Mari kita mulai!
Pertama,
tanpa merusak terumbu karang yang sedang tumbuh, produsen memilih terumbu karang
yang sudah rusak tapi masih cukup segar dan tidak berlumut di laut saat air
surut.
Kedua,
setelah sesampainya di rumah, terumbu karang dibersihkan dengan air tawar untuk
membersihkan lumut dan air laut. Kemudian tiriskan atau dijemur supaya kering.
Ketiga,
terumbu karang dibakar dalam sebuah wadah dengan api yang membara terus menerus
sampai matang atau menjadi bubuk berwarna putih seperti bedak bayi. Jika ada yang
bubuk kapur kehitam – hitaman, maka akan disisihkan setelah proses pendinginan.
Keempat,
setelah dingin selanjutnya diisi kedalam wadah tertutup yang terbuat dari anyaman
daun Lontar bernama “Ana Lipit”. Kemudian disimpan atau diperam supaya kualitasnya
lebih bagus dan lebih panas.
Kelima,
setelah melewati tahap peraman dilanjutkan dengan memasarkan ke pasar juga dapat
dititip ke kios – kios terdekat. Sisahnya dikonsumsi sendiri.
Cara
pembuatan kapur sirih ini merupakan cara tradisional dan merupakan home
production. Belum bisa secara besar – besaran.
Dalam
menulis artikel ini tentu banyak ketidaksempurnaan. Jadi, mohon kritik dan saran
yang membangun dari pembaca setia. Juga banyak sumber yang penulis baca selain
pengetahuan dan pengalaman sendiri.
Terima kasih
dan semoga bermanfaat.
mntap..sudh bisa jdi ahli antripologi sumba...hhhhhhh
ReplyDeletemksih Moat....hehehe. Klo ko punya blog, shvre nanti sy baca juga.
Delete